Tasawuf di Indonesia
Menurut Azyumardi Azra, tasyawuf yang pertama kali menyebar dan dominan di Nusantara adalah yang bercorak falsalfi, seperti konsep al-ittihad (Abu Yazid Al-Bustami), hulul(Al-hallaj), dan wahdah al-wujud. Dominasi tasawuf falsafi terlihat jelas pada kasus Syekh Siti Jenar yang di hukum mati oleh Wali Songo karena dipandang menganut ajaran tasawuf yang sesat.
TOKOH TOKOH TASAWUF DI INDONESIA
A. HAMZAH FANSURI (W. 1016 H/1607 M)
Ajaran Tasawuf Hamzah Fansuri
a. Allah.Allah adalah dzat yang mutlak dan qadim sebab Dia adalah yang pertama dan pencipta alam semesta. Allah lebih dekat dari pada leher manusia sendiri, dan bahwa Allah tdak bertempat, sekalipun sering di katakan bahwa Ia ada dimana-mana
b. Hakikat wujud dan penciptaan. Menurutnya wujud itu hanyalah satu walaupun kelihatan banyak. Dari wujud yang satu ini ada yang merupakan kulit (mazh-har, kenyataan lahir)dan ada yang berupa isi (kenyataan batin). Semua benda yang ada sebenarnya merupakan manifestasidari yang haqiqi yang di sebut Al-Haqq Ta’ala..
c. Manusia. Walaupun manusia sebagai tingkat terakhir dari penjelmaan, ia adalah tingkat yang paling penting dan merupakan penjelmaan yang paling penuh dan sempurna. Ia adalah aliran atau tingkatan langsung dari dzat yang mutlak. Ini menunjukkan adanya semacam kesatuan antara Allah dan manusia.
d. Kelepasan. Manusia sebagai makhluk penjelmaan yang sempurna dan berpotensi untuk menjadi insan kamil (manusia sempurna),tetapi karena ia lalai, pandangannya kabur dan tiada sadar bahwa seluruh alam semesta ini adalah palsu dan bayangan.
B. NURUDDIN AR-RANIRI (W. 1068/1658 )
Ajaran Tasawuf Nuruddin Ar-Raniri
a. Tenntang Tuhan
Ia berpendapat bahwa ungkapan “wujud Allah dan Alam Esa” berarti bahwa alam ini merupakan sisi lahiriah dari hakikatnya yang batin, yaitu Allah, sebagaimana yang di maksud Ibn ‘Arabi. Namun, ungkapan itu pada hakikatnya adalah bahwa ala mini tidak ada. Yang ada hanyalah wujud Allah yang Esa.
b. Tentang Alam
Ar-raniri berpandangan bahwa ala mini di ciptakan Allah melalui tajalli.Alam dan falak, menurutnya, merupakan wadah tajalli asma dan sifat Allah dalam bentuk yang konkret. Sifat ilmu ber-tajali pada alam akal; Nama rohman ber-tajali pada arsi ,Nama Rahim ber-tajalli pada kursy, nama raziq ber-tajali pada falaq ke tujuh; dan seterusnya.dan seterusnya.dan seterusnya.dan seterusnya.dan seterusnya.dan seterusnya.dan seterusnya.dan seterusnya.dan seterusnya.dan seterusnya.dan seterusnya.
c. Tentang Manusia
Manusia, menurut Ar-Raniri, merupakan makhluk Allah yang paling sempurna di dunia ini. Sebab, manusia merupakan kholifah Allah di bumi yang dijadikan sesuai dengan citra-Nya. Juga karena iamerupakan mazhhar (tempat kenyataan asma dan sifat Allah paling lengkap dan menyeluruh)
d. Tentang Wujudiyyah
Inti ajaran wujudiyyah, menurut Ar-Raniri, berpusat pada wahdat al-wujud.A-Raniri berpandangan bahwa jika benar Tuhan dan Makhluk hakikatnya satu, dapat dikatakan bahwa manusia adalah Tuhan dan Tuhan adalah manusiamaka jadilah seluruh makhluk itu adalah Tuhan.Semua yang di lakukan manusia, buruk atau baik, Allah turut serta melakukannya.Jika demikian halnya, manusia mempunyai sifat-sifat Tuhan.
e. Tentang hubungan Syariat dan Hakikat
Pemisaha antara syariat dan hakikat, menurut Ar-Raniri, merupakan suatu yang tidak benar. Untuk menguatkan argumentasinya, ia mengajukan beberapa pendapat pemuka sufi, diantaranya adalah Syekh Abdullah Al-Aidarusiyang menyatakan bahwa tidak ada jalan menuju Allah, kecuali melelui syariat yang merupakan pokok dan cabang islam.
C. SYEKH ABDUL RAUF AS-SINKILI(1024-1105H.)
1. Riwayat hidup As-Sinkili
Abdul Rauf As-Sinkili adalah seorang ulama dan mufti besar Kerajaan aceh pada abad ke-17(1606-1637M.). Nama lengkapnya adalah Syekh Abdul Rauf bin ‘Ali Fansuri.
2. Ajaran Tasawuf Abur Rauf As-Sinkili
f. Ksesatan /ajaran tasawuf wujudiyyah. Ajaran tasawuf wujudiyyah ini dianggap Ar-Raniri sebagai ajaran sesat danpenganutnya dianggap murtad. Oleh karena itu, terjadilah proses penghukuman bagi mereka. Tindakan Ar-Raniri dinilai As-Sinkili sebagai perbuatan yang emosional. As-Sinkilimenanggapi persoalan aliran wujudiyyah dengan penuh kebijaksanaan.
g. Rekonsiliasi antara tasawuf dan saruat. As-Sinkili berusaha merekonsiliasi antara tasawuf dengan syariat. Ajaran tasawufnya sama dengan Syamsuddin dan Nuruddin, menganut faham satu-satunya wujud hakiki, yakni Allah, sedangkan alam ciptaanNya bukanlah wujud hakiki, tetapi bayangan yang hakiki.
h. Dzikir, dzikir dalam pandangan As-Sinkili, merupakan suatu usaha untuk melepaskan diri dari sifat lalai dan lupa. Dengannya hati selalu ingat Allah. Tuijuan dzikir adalah mencapai fana’ (tidak ada wujud selain wujud Allah, berarti wujud yang berdzikir bersatu dengan wujud-Nya, sehinga yang mengucapkan dzikir berarti Dia.
i. Martabat Perwujudan Tuhan. Menurutnya, ada tiga martabat perwujudan Tuhan. Pertama, martabat ahadiyyah atau lata’ayyun, yaitu alam pada saat itu masih merupakan hakikat qaib yang masih berada didalam ilmu Tuhan. Kedua martabat wahdah atau ta’ayyun awwal, yaitu sudah tecipta haqiqah Muhammadiyyah yang potensial bagi terciptanya alam. Ketiga martabat wahdaniyyah atau ta’ayyun tsani, yang disebut juga a’yan tsabitah, dan dari sinilah alam tercipta.
D. ABD SHAMAD AL-PALIMBANI (W. -/+ 1203H/1788M)
1. Riwayat hidup Al-Palimbani
Abd Shamad Al-Palimbani adalah ulamak sufi kelahiran Palembang pada permulaan abad ke-18, kira-kira tiga tahun atau empat tahun setelah tahun1700M dan meninggal kira-kiara tidak lama setelah tahun 1203 H/1788 M. ia adalah putra Abd Jali bin Syekh Abd Wahab bin Syekh Ahmad Al-Mahdanidari yaman , seorang ulamak sufi di san’a’, dan juga pernah diangkat menjadi mufti besar di Kedah. Ketika berada di Palembang, Abd Al-Jalil menikah dengan seorang wanita negri ini, Radin Ratin. Dari hasil nikahan ini, lahir lahAbd Ash-Shamad Al-Palimbani.
2. Ajaran Tasawuf Al-Palimbani
a. Tentang Nafsu
Ia memilih ajaran tuju tingkatan jiwa ( ammarah, lawwamah, mulhammah, muthma’inah, radhiyah, mardhiyah, dan kamilah ) yang berakhir dengan mengarungi dan menggumuli kehidupan dunia yang penuh dengan kesesatan untuk melaksanakan missi sucinya: membawa manusia kejalan Allah.
b. Tentang Martabat Tujuh
Harus diakui, memang konsep martabat tujuh juga pernah dikutip oleh Abdus Shamad Al-Palimbani dalam karyanya sairAs-Salikin . Menurutnya, seperti yang dikutip chotib Quswaini, Wujud Allah dapat dikenal dengan tujuh martabat
c. Seperti banyak tokoh sufi lainnya. Al-Palimbani percaya bahwa Tuhan hanya dapat didekai melelui keyakinan yang benar pada keesaan Tuhan yang mutlak dan kepatuhan pada ajaran-ajaran Tuhan. Tasawufnya merupakan tasawuf akhlaqi atau tasawuf amali yang bernuansa sunni ketimbang tasawuf falsafi.
d. Tentang Makrifat
Ia mengakui ajaran Al-Ghazali yang memandang bahwatingkat makrifat tertinggi yang harus dicapai seorang sufi adalah memandang Allah secara langsung,dengan mata hati yang bebas dan bersih dari segala noda dan godaan keduniaan.
E. SYEKH YUSUF AL-MAKASARI (1037-1111/1627-1699).
1. Riwayat Hidup Syekh Yusuf Al-Makasari
Syekh Yusuf Al-Maksari adalah tokoh sufi agung yang berasal dari sulawesli. Ia dilahirkan pada tanggal 3 juli 1629 M, yang berartitidak lama kedatangan tiga orang penyebar Islam ke Sulawesi (yaitu datuk RI bandung dan kawan-kawannya dari Minangkabau).
2. Ajaran Tasawuf Syekh Yusuf Al-Makasari
a. Syari’at dan Hakikat. Berbeda dengan kecendrungan sufisme pada masa-masa awal yang mengelakkan kehhidupan duniawi, Syekh Yusuf mengungkapkan paradigma sufistiknya bertolak dari asumsi dasar bahwa ajaran islam meliputi dua aspek, aspek lahir(syari’at) dan aspek batin (hakikat). Syari’at dan Hakikat harus di pandang dan di amalkan sebagai satu kesatuan.
b. Trandensi Tuhan. Meskpun berpegang teguh pada trandensi tuhan, ia meyakini bahwa Tuhan melingkupi hal ini, dan syekh Yusuf mengembangkan istilah al-ihathah(peliputan) dan al-ma’iyyah (kesertaan). Kedua istilah itu menjelaskan bahwa tuhan turun (tanazul) , sementara keduanya semakin dekat.
c. Insan Kamil dan Proses Penyucian Jiwa. Ia mengatakan bahwa proses seorang hamba akan tetap hamba walaupun telah naik derajatnya, dan Tuhan akan tetap tuhan walaupun turun pada diri hamba. Dalam proses pencucian jiwa, ia menempuh cara yang moderat. Menurutnya, kehidupan dunia bukanlah untuk ditinggalkan dan hawa nafsu harus dimatikan.sebaiknya, hidup diarahkan ke jalan Tuhan.
F. NAWAWI AL-BANTANI (1813-1897 M)
1. Riwayat Hidup Nawawi Al-Bantani
Abu Abd Al-Mu’ti Muhammad bin Umar bin An-Nawawi Al-Jawi dilahir kan pada tahun 1230H/1813M . di desa Tanara,sekarang masuk kecamatan Tirtayasa, kabupaten serang propinsi jawa barat Indonesia.
2. PemikiranNawawi tentang Tasawuf
a. Tarekat
Salah satu pemikiran Nawawi tentang Tarekat adalah ungkapan sebagai berikut: Adapun orang- orang yang mengambil tarekat , jika perkataan dan perbuatan sesuai dengan syari’at Nabi Muhammad sebagai ahli-ahli tarekat yang benar, tarekat yang diambil maqbul; jika tidak demikian, tentulah mareratnya seperti yang banyak terjadi pada murid-muridnya Syekh Isma’il Minangkabau. Mereka mencela dzikir Allah, mencela orang yang tidakmasuk Islam.
b. Ghibah
Nawawi menjelaskan: Diharuskan melarang siapa pun melakukan ghibah melalui lisannya jika tidak memungkinkan melarang orang itu dengan tangannya. Jika tidak memungkinkan pelarangan itu dan memungkinkan meningalkan tempat ghibah berlangsung, haram untuk mendengarkannya. Lakukan hal itu dengan cara berdzikir kepada Allah SWT. Jika ghibah tetap saja berlangsung setelah itu, ia wajib meninggakkan tempat itu.
c. Sifat Manusia
Nawawi menjelaskan: Pada diri manusia berkumpul empat macam sifat, yaitu kebinatang-buasan (sabu’iyyah), kebinatang-jinaan (bahimiyyah), dan ketuhanan (robanniah). Semuanya berkumpul dalam hati. Dengan demikian, pada sifat manusia berkumpul sifat babi, anjing, setan, dan yang Mahabijaksana. Jika sifat-sifat diatas dapat dikendalikan oleh sifat ketuhanan, dalam diri muncul ilmu, hikmah, yakin, dan mengetahui hakikat.
G. HAMKA (1908-1981 M)
1. Riwayat Hidup
Hamka (Haji Abd Malik Karim Amrullah), dilahirkan ditanah sirah, Sungau Batang di tepi Danau Maninjau, tepatnya pada tanggal 13 Muharram 1362 H., bertepatan dengan 16 februari 1908 M. ayahnya adalah Abd Karim Amrullah. Ayah Hamka termasuk keturunan Abdul Arief, gelar Tuanku Pauh Pariaman atau Tuanku nan Tuo, salah seorang paderi. Tuanku NanTuo adalah salah seorang ulama yang memainkan peranan penting dalam kebangkitan kembali pembaharuan di Minangkabau, dan sebagai guru utamaJalal Ad-Din. Kondisisosial keagamaan pada masa Hamka menuntut adanya pikirin-pikiran baru yang membawa umat pada ajaran Al-Qur’an dan Hadits yang lurus, yang tidak bercampur dengan adat istiadat.
2. Pemikiran Hamka Tentang Tasawuf
Pikiran-pikiran Hamka agaknya lebih banyak tercurah pada soal-soal Iman, akhlak dan aspek-aspeksosial, di luar lingkup pengfertan tradisional tentang muamalah. Dengan kata lain, perhatiannya bukan masalah ritual muamalah dan soal-soal ibadah mahdhah. Sebab, kalau kita melihatr ulama-ulamapada masa lampau, kebanyakan adalah ulama fiqh.
Menurut Hamka , tidaklah kemudian dengan tasawuf orang benar-benar akan meninggalkan tasawuf yang demikian tidaklah di anjurkan dalam islam. Zuhud yang melemahkan itu bukan lah bawaan islam karna semangat Islam adalah semangat bekerja, berjuang, semangat berkorban, bukan semangat malas, lemah-lemah dan tidak menjauh dari kehidupan social yang nyata.
a. Hakikat Tasawuf
Menurut Hamka, tasawuf pada hakikatnya adalah usaha yang bertujuan untuk memperbaiki budi dan kotoran batin yang intinya, antara lain dengan berdzhuhut seperti teladan hidup yang di contohkan langsung oloh Rosululloh SAW lewat As-Sunah yang shohih. Tasawuf bagi Hamka bukan tujuan, melainkan alat saja. Dia tidak ingin Tasawuf dijadikan tujuan seperti kebanyakan yang tidak lihat di sekelilingnya waktu mudanya yang menyebabkan-kemandekan, bahkan kemunduran hidup.
b. Fungsi Hidup
Menurut pendapat Hamka tasawuf yang bermuatan zuhud yang benar, yang juga dilaksanakan lewat peribadahan agama yang didasari I’tikod yang benar, mampu berfungsi media pendidikan moral keagamaan (moral religious) yang efektif.
c. Tasawuf Moderen
Dari segi stuktur, tasawuf yang ditawarkan Hamka (disebut tasawuf modern atau tasawuf positif ) berdasarkan pada prinsif tauhid bukan pencarian pengalaman mukasafah. Jalan tasawufnya melalui sikap zuhud yang dapat dilaksanakan dalam peribadahan resmi sifat sifat zuhud, tidak perlu terus menerus bersepi-sepi diri dengan menjahui kehidupan normal.
d. Qona’ah
Menurut Hamka, maksu Hamka itu luas. Menyuruh benar-benar percaya akan adanya kekuasaan yang melebihi kekuasaan kita, sabar menerima ketentuan illahi jika ketentuan itu tidak menyenankan diri, dan bersukur jika dipinjamiNya nikmat. Dalam hal demikian, kita disuruh bekerja, berusaha, bergiat menguras tenaga, sebab nyawa masih dikandung badan, kewajiban belum berakhir. Kita bekerja bukan lantaran meminta tambahan yang telah ada dan tak merasa cukup pada apa yang ada ditangan, tetapi kita bekerja, sebab orang hidup mesti bekerja.
e. Tawakal
Hamka menjelakan tawakal sebagai berikut: di dalam Qona’ah sebagaimana kita nyatakan di atas, tersimpullah tawakal, yaitu menyerahkan keputusan segala perkara, ihtiar dan berusaha kepada tuhan semesta alam. Dia yang kuat dan berkuasa, sedangkan kitalemah dan tidak berdaya. Tidaklah keluar dari garisan tawakal., jika kita berusaha menghindarkan diri dari kemelaratan, baik yang menyangkut diri, harta benda, anak turunan baik kemelaratan yang yakin akan dating, atau berat fikiran yang akan datang, atau boleh jadi akan datang.