MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Manusia tidak pernah statis. Semenjak pembuahan hingga ajal selalu terjadi perubahan, baik dalam kemampuan fisik maupun kemampuan psikologis. Piaget menjelaskan bahwa struktur itu “tidak pernah statis dan sudah ada semenjak awal”. Dengan perkataan lain, organisme yang matang selalu mengalami pembuahan yang progresif sebagai tanggapan terhadap kondisi yang bersikap pengalaman dan perubahan-perubahan itu mengakibatkan jaringan interaksi yang majemuk.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu seri perbuatan menurut aturan-aturan tertentu dari keadaan semula menuju keadaan yang lebih lengkap atau lebih matang (mature). Perkembangan terjadi dengan teratur, dimana tiap tingkat perkembangan mempunyai hubungan tertentu dengan tingkat berikutnya. Suatu yang terjadi pada tingkat perkembangan akan diteruskan pada tingkat berikutnya. Tingkat perkembangan berikutnya adalah hasil dari tingkat perkembangan sebelumnya, jadi bukan sekedar penambahan ciri-ciri baru dari tingkat perkembangan sebelumnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan anak?
2. Bagaimana karakteristik anak didik Sekolah Dasar?
3. Apa hubungan perkembangan dengan belajar anak?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Untuk mengetahui karakteristik anak didik Sekolah Dasar.
3. Untuk mengetahui hubungan perkembangan dengan belajar anak.
BAB II
PEMBAHASAN
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Guru yang efektif perlu memahami pertumbuhan dan perkembangan peserta didik secara komprehensif atau secara menyeluruh. Pemahaman tersebut akan memudahkan seorang guru untuk menilai kebutuhan peserta didik,merencanakan tujuan pembelajaran,bahan serta prosedur belajar mengajar dengan tepat.Konsep dasar yang berkenaan dengan perkembangan siswa antara lain.
1. Pertumbuhan
Pertumbuhan ialah pertambahan secara kuantitatif dari substansi atau struktur yang umumnya ditandai dengan perubahan perubahan biologis pada diri seseorang yang menuju ke arah kematangan.Pertumbuhan fisik berjalan dengan cara yang berbeda-beda,misalnya pada tinggi badan dan berat badan.
2. Kematangan dan Maturasi
Kematangan adalah tingkat atau keadaan yang harus dicapai dalam proses perkembangan seseorang sebelum ia dapat melakukan sebagaimana mestinya pada bermacam macam tingkat pertumbuhan mental,fisik,sosial dan emosional.
Kedewasaan (maturation) ialah kemajuan pertumbuhan yang normal ke arah kematangan.Proses matursuwun disebabkan oleh faktor pertumbuhan dari dalam pada berbagai kapasitas dan struktur, misalnya, pertumbuhan otot tangan sehingga dapat berfungsi untuk melakukan tujuan-tujuan khusus seperti menulis.
3. Perkembangan
Perkembangan menggambarkan perubahan kualitas dan abilitas dalam diri seseorang,yakni adanya perubahan dalam struktur, kapasitas,fungsi dan efesiensi.Perkembangan itu bersifat keseluruhan,misalnya perkembangan intelektual,emosional, spiritual,pengalaman dan sosial.
4. Perkembangan Normal
Pengertian perkembangan itu dapat ditinjau dari dua segi,yaitu:
a) Perkembangan normal dilihat dari segi pola perkembangan individu siswa.perkembangan ini berbeda untuk setiap individu, seperti yang lebih dulu pandai berjalan sedangkan siswa lain lebih cepat pandai berbicara.
b) Perkembangan normal dilihat dari segi kronologisnya.Tingkat usia peserta didik dijadikan dasar untuk menentukan normal atau tidaknya perkembangan seorang siswa. Perkembangan yang normal dilihat bahwa pada tingkat umur tertentu peserta didik dapat mengerjakan sesuatu sesuai dengan umurnya.
Perkembangan Motorik, Kognitif, Sosial, dan Moral
a. Perkembangan Motorik (Motoric Development)
Perkembangan motorik merupakan proses perkembangan yang progresif (maju) dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik anak (motor skill).
b. Perkembangan Kognitif (Kognitive Development)
Istilah kognitif berasal dari kata cognition padanan katanya knowing, artinya mengetahui. Dalam arti luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan, penggunaan pengetahuan (neisser, 1976 dalam Muhibbin Syah, 1996:65). Jean Piaget (baca: Jin Piasye) seorang pakar terkemuka dalam disiplin psikologi kognitif dan psikologi anak, mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan yakni:
1) Tahap sensory-motor, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2 tahun.
2) Tahap pre-operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7 tahun.
3) Tahap concrete-operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 7-11 tahun.
4) Tahap formal-operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 11-15 tahun (Syah, 1996:66).
c. Perkembangan Sosial dan Moral (social and Moral development)
yaitu proses perkembangan mentalyag berhubungan dengan perubahan-perubahan cara anak berkomunikasi dengan oranglain, baik secara individu maupun sebagai kelompok.
Jean Jacques Rosseau (1712-1778) dalam tahap perkembangan masa kanak-kanak, yaitu antara umur 2 sampai dengan 12 tahun, perkembangan pribadi anak dimulai dengan makin berkembangnya fungsi-fungsi indra anak untuk mengadakan pengamatan. Pengamatan fungsi ini memperkuat perkembangan fungsi pengamatan pada anak. Bahkan dapat dikatakan, bahwa perkembangan setiap aspek kejiwaan anak pada masa ini sangat didominasi oleh pengamatannya. (Dalyono, 1997: 89).
Seiring semakin luasnya perkembangan sosial anak dengan lingkungan sekitarnya, maka pengamatan anak akan sesuatu di luar dirinya juga semakin bertambah. Perkembangan bahasa, ketergantugan dengan orang tua juga semakin longgar dan anak sudah mempunyai tanggung jawab terhadap diriya. Pola berpikir anak tidak lagi konkret, tetapi sudah bergerak pada berpikir absrtak. Secara sederhana anak dapat mempresentasikan sesuatu dari hasil pengamatannya melalui penguasaan bahsa yang ia kuasai.
Kemampuan anak untuk mengadakan representasi terhadap sesuatu yang pernah dilihat atau diamati tidak hanya karena disebabkan kemampuan anak menggunakan simbol berupa bahasa, tapi juga karena kemampuan anak menyerap, mengolah dan menyimpan sejumlah kesan dalam memori dengan struktur kognitif yang sistematis.
B.Karakteristik Anak Didik Sekolah Dasar
Menurut Simon Philips karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem yang melandasi suatu pemikiran,sikap dan perilaku yang ditampilkan.Sedangkan Doni Koesoema A,memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian.Kepribadian dianggap sebagai ciri, karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan,misalnya keluarga pada masa kecil,juga bawaan sejak lahir.
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,jenjang,dan jenis pendidikan tertentu.
Menurut kelompok kami karakteristik umum peserta didik ialah karakter/gaya hidup individu secara umum (yang dipengaruhi oleh usia, gender, latar belakang) yang telah dibawa sejak lahir dan dari lingkungan sosialnya untuk menantukan kualitas hidupnya.
Karakteristik atau kepribadian seseorang dapat berkembang secara bertahap. Berikut ini adalah krakteristik perkembangan pada masa anak samapai masa puber.
· Krakteristik perkembangan masa anak awal (2-6 tahun)
Masa anak awal berlangsung dari usia 2-6 tahun, yaitu setelah anak meninggalkan masa bayi dan mulai mengikuti pendidikan formal di SD. Tekanan dan harapan sosial untuk mengikuti pendidikan sekolah menyebabkan perubahan perilaku, minat, dan nilai pada diri anak. Pada masa ini, anak sedang dalam proses pengembangan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan. Perilaku anak sulit diatur, bandel, keras kepala, dan sering membantah dan melawan orang tua. Hal ini memang sangat menyulitkan para pendidik. Tak heran, apabila para guru Playgroup sampai SD harus lebih bersabar dalam melangsungkan pembelajaran atau mendidik siswa. Disiplin mulai bisa diterapkan pada anak sehingga anak dapat mulai belajar hidup secara tertib. Dan sikap para pedidik sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak.
· Krakteristik perkembangan masa anak akhir (6-12 tahun)
Karakteristik atau ciri-ciri periode masa anak akhir, sama halnya dengan ciri-ciri periode masa anak awal dengan memperhatikan sebutan atau label yang digunakan pendidik. Orang tua atau pendidik menyebut masa anak akhir sebagai masa yang menyulitkan karena pada masa ini anak lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh orang tuanya. Kebanyakan anak pada masa ini juga kurang memperhatikan dan tidak bertanggung jawab terhadap pakaian dan benda-benda miliknya. Para pendidik memberi sebutan anak usia sekolah dasar, karena pada rentang usia ini (6-12 tahun) anak bersekolah di sekolah dasar. Di sekolah dasar, anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang dianggap penting untuk keberhasilan melanjutkan studi dan penyesuaian diri dalam kehidupannya kelak.
Melihat sifat-sifat khas anak seperti dikemukakan di atas, maka memang beralasan pada saat umur anak antara 7 sampai 12 tahun dimaksukkan oleh para ahli ke dalam tahap perkembangan intelektual. Dalam tahap ini perkembangan intelektual anak dimulai ketika anak sudah dapat berfikir atau mencapai hubungan antarkesan secara logis. Perkembangan intelektual ini biasanya dimulai pada masa anak sudah dapat menerima pendidikan dan pengajaran. Masa perkembangan intelektual ini meliputi masa siap bersekolah, yaitu umur 7 sampai dengan 12 tahun.
C. Hubungan Perkembangan dengan Belajar Anak
Dalam belajar yang terlihat bukan hanya kegiatan fisik, tetepi diikuti oleh proses mental. Kegiatan fisik mempunyai arti penting dalam kegiatan belajar. Sisi ini tidak hanya ada sebagai penopang kegiatan belajar, tetapi juga berperan untuk mendapatkan keterampilan-keterampilan tertentu. Keberhasilan anak melewati fase pertumbuhan fisik membuat anak menjadi orang yang siap secara fisik.
Proses perkembangan fisik anak berlangsung kurang lebih selama dua dekade (dua dawarsa) sejak ia lahir. Lonjakan perkembangan terjadi pada masa anak menginjak usia remaja antara 12 atau 13 hingga 21 atau 22 tahun. Pada saat perkembangan berlangsung, beberapa bagian jasmani separti kepala dan otak yang pada waktu dalam Rahim berkembang tidak seimbang (tidak secepat badan dan kaki), mulai menunjukkan perkembangan yang cukup berarti hingga bagian-bagian lainnya menjadi matang.
Pada mulanya anak yang baru dilahirkan memiliki sedikit sekali kendali terhadap aktivitas alat-alat jamaninya. Karenanya tubuhnya terlihat selalu bergerak-gerak dengan sikap tertentu. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya anak dapat mengendalikan aktivitas alat-alat jasmaninya itu sesuai keinginan. Ketika anak memasuki sekolah dasa atau ibtidaiyah pada umur enam/tujuh tahun hingga dua belas/tiga belas tahun, perekembangan fisiknya mulai tampak benar-benar proporsional (berkesinambungan). Organ-organ jasmaninya tumbuh serasi dan tidak lebih panjang atau lebih besar dari yang semestinya. Ukuran tangan kanan tidak lebih panjang dari tangan kiri atau ukuran leher tidak lebih besar dari ukuran kepala yang disangganya.
Keterampilan indrawi-jasmani adalah salah satu keterampilan yang memerlukan koordinasi psikofisik anak. Keterampilan indrawi-jasmani dalam prakteknya tidak hanya mengandalkan gerakan fisik, tetapi juga melibatkan proses mental. Keterampilan menulis atau menggambar misalnya, bukan hanya asal menulis atau menggambar tetapi ada suatu ide, ilham, atau pemikiran untuk diekspresikan dalam bentuk tulisan atau gambar.
Selain perkembangan fisik yang mempengaruhi belajar anak, yang tidak kalah penting mempengaruhi belajar anak adalah perkembangan kognitif. Berdasarkan hasil-hasil riset kognitif disimpulkan bahwa semua bayi sudah berkemampuan menyimpan informasi-informasi yang berasal dari penglihatan, pendengaran, dan informasi-informasi lain yang diserap melalui indra-indranya, asalkan otaknya tidak cacat atau berkelainan.
Melalui pancaindra anak melakukan aktivitas kognitif untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sosialnya. Pengalaman langsung berdasarkan pengamatan terhadap suatu objek adalah awal pengenalan terhadap suatu objek. Kesan-kesan dari pengalaman langsumg itu tidak hilang dari ingatan meskipun anak sudah meninggalkan objek sebenarnya. Ini artinya anak dapat menyimpan objek yang telah “hilang” dan menggantikannya dalam bentuk representasi mental. Inilah yang menurut Jean Piaget (1896-1980), seorang pakar terkemuka dalam disipiln psikologi kognitif dan psiologi anak, yang disebut objectpermanence (ketetapan benda), yaitu anggapan bahwa sebuah benda akan tetap ada walaupun sudah ditinggalkan atau tidak dilihat lagi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertumbuhan anak secara kuantitatif dari subtansi atau struktur yang umum ditandai dengan perubahan biologis pada diri seseorang yang menuju kearah kematangan. Pertumbuhan fisik berjalan dengan cara yang berbeda-beda, misalnya pada tinggi badan dan berat badan.
Karakteristik anak didik sekolah dasar menurut Simon Philips adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem yang melandasi suatu pemikiran , sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Sedangkan Doni koesoema A. Memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri, karakteristik atau gaya atau sifat yang khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, juga bawaan sejak lahir.
Hubungan perkembangan dengan belajar anak itu saling terkait satu sam dengan yang lain, karena dalam belajar yang terlihat bukan hanya kegiatan fisik, tetapi diikuti oleh proses mental. Kegiatan fisik mempunyai arti penting dalam kegiatan belajar. Sisi ini tidak hanya penopang kegiatan belajar, tetapi juga berperan untuk mendapatkan keterampilan-keterampilan tertentu. Keberhasilan anak melawti fase pertumbuhan fisik membuat anak menjadi orang yang siap secara fisik.
DAFTAR PUSTAKA
1.Oemar hamalik,Proses belajar mengajar (Jakarta:PT Bumi kasar,2001) hlm 93-95
2.Https ://www.academia.edu.com,diakses 15 April 2019
3.Fatchul Mu'in, Pendidikan Karakter (Jogjakarta :Ar-ruz Media,2016) hlm 160
4.Wiji Soewarno,Dasar Dasar Ilmu Pendidikan (Jogjakarta : Ar-ruz media,2008) hlm 36